Thursday, June 11, 2009

Bersembunyi dari Allah


Tidak ada satu makhluk pun yang tersembunyi dari pandangan Allah. Segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan-Nya. Dan kita harus memberi pertanggungjawaban kepada-Nya. Ibrani 4:13



Petak umpet


Pernahkah kita melihat anak-anak kecil yang sedang bermain petak umpet atau sembunyi-sembunyian ? waktu saya kecil pun saya sering bermain permainan tersebut. Satu anak mencari teman-temannya bersembunyi dan jika sudah mendapatkannya maka dia akan berteriak bahwa dia melihat anak yang sedang bersembunyi dan kemudian berlari kepada ‘posnya’ dan selanjutnya mencari kembali sisa anak yang lain yang masih bersembunyi. Jika setelah beberapa waktu ada anak yang masih belum ditemukan , bisa jadi si anak yang bersembunyi itu akan keluar dengan sendirinya dikarenakan dia merasa bosan ataupun lelah bersembunyi terus.


Makhluk Ciptaan


Seperti itulah kita sebagai manusia yang merasa dirinya dapat menyembunyikan diri dari kesalahan dan tingkah laku kita. Kita merasa dapat menyembunyikan semua kesalahan maupun sesuatu hal yang hanya kita sendiri yang mengetahuinya, dan kita pikir bahwa kita dapat menutupinya sepanjang waktu. Tapi sampai kapan kita dapat bertahan dengan semua itu ? Seperti juga seorang anak yang bersembunyi terus, maka kita pun dapat merasa lelah bersembunyi terus dari hal-hal yang seharusnya dapat kita ‘buka’.

Kita merasa kita dapat mengatasi setiap masalah dan persoalan yang kita hadapi dan dapat menutupi setiap kesalahan kita. Kita kadang lupa bahwa kita ini adalah makhluk ciptaan-Nya, dan sebagai makhluk ciptaan kita adalah manusia yang terbatas yang tidak dapat mengatasi semuanya sendirian . Kita kadang merasa sanggup merencanakan dan melakukan apapun dan kita berusaha sendiri untuk melakukannya, sehingga hal itu menjadikan kita manusia yang tidak membutuhkan orang lain dan tidak bergantung pada siapapun.

Begitupun dengan kesalahan yang kita sembunyikan, kita sering lupa bahwa ada Seseorang yang mengetahui apapun yang kita sembunyikan. Dia itu maha melihat, jadi tidak ada satu rahasia pun yang dapat kita sembunyikan dari-Nya. Tidak ada sesuatu yang dapat bersembunyi dihadapan Dia. Oleh sebab itu maka lebih baik kita mengakui setiap kesalahan dan rahasia kita. Janganlah kita seperti kisah Ananias dan Safira yang merasa dapat menyembunyikan rahasianya tapi ternyata akhirnya terbongkar juga. Roh Kudus maha tahu, sebagaimanapun kita menyembunyikannya, kita tidak mungkin dapat bersembunyi dari Nya. Kita pun kadang seperti kisah tersebut, yang kadang kala menyembunyikan sesuatu dari pandangan orang lain, seperti berbuat baik pada orang lain, menyumbangkan sesuatu ke gereja, dan hal-hal lain yang kelihatan baik, tapi ternyata semuanya itu hanya untuk dihormati dan dipuji oleh orang lain sedangkan di dalam hati kita merasa terbeban dengan semua perbuatan yang dilakukan.


Dia maha tahu


Di hadapan Tuhan kita semua adalah telanjang. Tuhan tidak perduli kita mau pakai taktik apa , ataupun pakai topeng apa. Yang Dia tahu kita adalah telanjang dimataNya dan makhluk ciptaanNya. Oleh sebab itu percuma saja kita menutupi semua hal yang kita ingin tutupi dari orang-orang disekitar kita, karena semua itu menjadi indah di mata orang lain tapi tidak di mata Tuhan. Inginkah kita menjadi sesuatu yang indah dipandang tapi ‘busuk’ di dalam?


Jadi sekarang, apakah kita akan terus bermain petak umpet dengan Tuhan ?

Tuesday, March 24, 2009

DAMAI

“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4 : 7)


Arti Damai

Apakah kita pernah merasakan damai di hati ? Seperti apakah damai itu ? Banyak terdapat kata ‘Damai’ di dalam alkitab namun seringkali kita tidak mengetahui definisi arti damai itu sendiri. Dalam kamus bahasa Indonesia Damai diartikan sebagai tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, tenteram, tenang. *)

Di dalam Yohanes 14 : 27 tertulis “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Jika kita merenungkan ayat ini maka kita dapat mengerti bahwa Yesus memberikan damai yang benar-benar menetap. Saya mengkategorikan damai menjadi 2 , yaitu damai Yesus ( yang berasal dari Allah) dan damai dunia .
Seperti apakah damai dunia? Damai dunia memberikan perasaan damai yang tidak menetap. Damai dunia aka ada jika segala sesuatu dalam hidup kita berjalan sesuai dengan keinginan kita. Misalnya kita menginginkan keuangan kita tercukupi, dan jika itu terlaksana maka kita akan mengalami damai, hati kita tenang. Sebaliknya jika keinginan kita tidak terpenuhi dan tidak berjalan seperti yang diinginkan, maka damai duniawi akan hilang, hati kita menjadi kuatir dan gelisah. Damai duniawi adalah damai yang bersyarat. Sedangkan damai yang berasal dari Allah adalah damai yang tetap yang tidak terpengaruh oleh keadaan dan situasi. Dalam Markus 4:40 Yesus menegur murid-muridNya, karena mereka kehilangan damai pada waktu badai menghantam perahu mereka. Yesus masih memiliki damai-Nya. Dia tidur di saat murid-muridNya kuatir dan sangat cemas. Bagaimana dengan kita ? Inginkan kita memiliki damai bersama Yesus ? Percaya saja padaNya dan damai akan berada di hati kita.


Cara memiliki damai (Allah) dan menikmatinya

Damai yang diberikan Nya selalu hadir pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sakit maupun sehat. Damai-Nya selalu hadir dalam berbagai situasi, kondisi dan keadaan. DamaiNya selalu bekerja di tengah-tengah badai dan tekanan yang menghimpit. Banyak orang tidak bisa menikmati damai karena mereka mengikuti kehendak mereka sendiri, bukannya kehendak Allah. Kadang kita kehilangan damai disebabkan oleh perbuatan ataupun sikap kita sendiri. Contohnya seseorang yang mengendarai mobil dengan tenang dari rumah menuju kantor tetapi tiba-tiba motor disampingnya mengenai spionnya dan langsung kabur. Maka orang tersebut langsung memaki-maki dan berteriak kepada motor yang sudah menjauh tersebut (yang sudah pasti tidak bisa mendengar dia diteriaki dan dimaki-maki). Orang tersebut langsung kehilangan ketenangannya dan damai yang dimilikinya. Bisa jadi sepanjang hari itu dia akan terus merasa kesal dan tidak nyaman. Jika saja dia dengan tenang menyikapi hal tersebut, dia tidak akan kehilangan energi untuk memaki-maki dan juga sisa hari itu dapat dilewati dengan tenang dan damai.

Hal lain yang dapat mencuri damai kita adalah Iblis. Kekuatan iblis adalah membuat kita cemas dan penuh ketakutan. Apabila kita memiliki situasi yang sulit, usahakan agar tetap tenang, jangan menjadi cemas. Kesenangan Iblis adalah membuat kita kuatir dan cemas. Setiap kali kita merasa gelisah ataupun cemas, tetaplah tenang dan berpikirlah: “ Apakah dengan kuatir dan cemas akan menyelesaikan masalah? Berdoalah setiap hari, jika mungkin setiap saat agar Allah memberi kita kekuatan untuk melawan kekuatiran dan kecemasan yang yang berasal dari Iblis. Iblis mencoba segala sesuatu agar kita kehilangan Damai-Nya. Majulah terus dan nikmati hidup sementara Allah menyelesaikan masalah-masalah kita. Susah memang untuk melakukan semua itu, bagaimana kita dapat tenang jika kita tidak punya uang untuk makan besok ? dan bagaimana kita tidak kuatir jika hujan turun terus menerus dan banjir akan mampir kerumah kita? Memiliki damai saat berada dalam penderitaan, terbaring karena sakit penyakit, saat usaha bangkrut, studi gagal, dll adalah perkara yang tidak mudah dan secara manusia mustahil karena damai orang pada umumnya sangat dipengaruhi beberapa hal :

1. Keadaan dan orang-orang di sekitar Tidak ada seorangpun berkuasa mengendalikan keadaan di sekitarnya, namun orang bisa mengendalikan hatinya. Perlakuan tidak adil, sikap kurang bersahabat atau orang-orang sekitar yang ucapan, sikapnya sering menyakiti kita akan mempengaruhi kondisi hati seseorang. Tetapi kita harus percaya bahwa hidup kita (termasuk sukacita dan damai) tidak ditentukan oleh perkataan atau tindakan orang lain terhadap kita.

2. Harta kekayaan. Banyak orang yang sangat bergantung pada harta atau banyaknya uang yang dimilikinya. Banyak yang kehilangan damai dikarenakan memikirkan harta. Banyak uang bingung menyimpannya , tidak punya uang bingung mendapatkannya.


Tapi kita dapat belajar dari 1 Petrus 5 : 7, “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu”. Alkitab juga mengatakan bahwa Allah akan memenuhi segala keperluan kita (Filipi 4 :19). Jadi mengapa saya harus khawatir tentang hal itu ? Kekhawatiran tidak akan memberikan uang, dan juga tidak akan memberhentikan hujan. Jadi cobalah untuk tetap tenang, berdoa dan serahkan semuanya pada Tuhan sehingga kita dapat menikmati damai yang diberikanNya. Seringkali juga saya menguatirkan sesuatu dan berdoa tapi tetap juga rasa kuatir itu ada seperti menempel terus pada pikiran saya. Akhir-akhir ini saya menyadari bahwa semua yang saya lakukan hanyalah membuat saya menderita dan tidak menikmati damaiNya. Sekarang saya mencoba belajar untuk menghadapi masalah dengan berdoa, dan belajar menikmati damaiNya, karena bagian saya sudah saya lakukan dan saya tinggal menunggu Tuhan untuk menyelesaikan bagian-Nya dalam menyelesaikan masalah saya.

Sekarang, inginkah kita memiliki damai yang menetap ? Jika ya, buanglah segala kekuatiran. Marilah kita sama-sama belajar untuk memelihara damai yang diberikanNya agar damai sejahtera Allah memelihara hati dan pikiran kita dengan cara senantiasa berdoa, berpikiran positif/ benar dan melakukan kehendak Tuhan (Filipi 4 : 6-9)



Sumber :
- *) Kamus Besar Bahasa Indonesia
- Damai, Joyce Meyer, Immanuel, 2005
- Air Hidup, Pebruari 2009

Saturday, November 29, 2008

Apakah itu Ucapan Syukur ?

“Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita” (Efesus 5:20)


Kapan kita mengucap syukur ?

Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, berapa kalikah dalam sehari kita mengucap syukur pada Tuhan ? Jika tidak dalam sehari, barangkali dalam seminggu ? sebulan ? atau bahkan setahun ? Atau barangkali kita berpikir adakah sesuatu yang patut kita syukuri hari ini ?

Waktu cepat berlalu, tidak terasa kita telah sampai pada penghujung tahun. Adakah didalam hari-hari yang telah lewat yang membuat kita bersyukur kepada Tuhan? Hari-hari yang kita jalani memang adalah hari yang biasa, dan kita menghabiskannya dengan rutinitas pekerjaan yang setiap hari kita ulangi kembali. Setiap hari kita lewati dengan pekerjaan / kegiatan yang rutinitas dilakukan. Pernahkah kita berpikir bahwa hari ini akan kita jalani dengan sesuatu yang baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.


Apa yang patut kita syukuri ?

Jika kita berpikir dan mengingat-ingat kembali perbuatan Tuhan dalam kehidupan kita , baru kita dapat membuat sederet alasan untuk berterima kasih dan mengucap syukur padaNya. Seringkali kita berkata, “ aku mengucap syukur karena telah disembuhkan dari sakit, karena hari ini aku mendapat untung besar, karena hasil nilai ujian bagus, karena pekerjaan ku dipuji oleh atasanku , dan sebab-sebab yang lainnya yang menguntungkan diri sendiri ataupun adanya suatu keadaan yang tadinya tidak baik menjadi baik. Tapi pernahkan kita bersyukur tanpa adanya alasan untuk mengucap syukur. Kita tidak perlu mencari-cari alasan untuk mengucap syukur. Ucapan syukur bisa dilakukan secara spontan dan tidak perlu memikirkan apakah kita patut mengucap syukur atas perbuatan yang telah Tuhan lakukan pada kita. Kita mengucap syukur bukan saja karena sesuatu menjadi baik ataupun karena Tuhan telah menolong kita. Kita dapat mengucap syukur meskipun Tuhan tidak melakukan apa-apa untuk kita dan keadaan tidak menjadi baik. Kita mengucap syukur karena Allah layak untuk menerima ucapan syukur dari kita.

Seharusnya ucapan syukur dapat kita lakukan untuk hal-hal yang belum kita terima. Namun kadangkala kita baru mau mengucap syukur setelah kita mendapatkan sesuatu yang menjadi keinginan kita. Sebenarnya kita dapat berterima kasih pada Tuhan untuk sesuatu yang tidak atau belum kita dapatkan. Kita dapat berkata : “ Tuhan, terima kasih untuk hari esok yang belum saya jalani” , atau “Tuhan, terima kasih untuk pekerjaan yang akan saya terima” (meskipun kita belum mendapatkan pekerjaan tersebut). Seperti ada tertulis dalam Markus 11 : 24 “Karena itu Aku berkata kepadamu : apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”. Hal tersebut juga akan menjadikan kita belajar untuk mengucap syukur di setiap keadaan.

Pernahkah kita mengucap syukur untuk sesama kita? Sepertinya kita tidak pernah bersyukur atas kehidupan orang lain, yang kita pikirkan hanyalah diri kita sendiri dan biasanya kita mengucap syukur hanya untuk kepentingan kita sendiri. Kita lebih suka menerima daripada memberi sehingga ucapan syukur untuk orang lain pun tidak pernah kita ucapkan. Kita dapat belajar dari kehidupan Paulus yang selalu mengucapkan syukur dan doa pada setiap suratnya yang ditujukan kepada jemaat dan sahabat-sahabatnya yang dapat kita lihat dari pasal pertama dari setiap suratnya. Ini menunjukkan bahwa Paulus sangat memperhatikan orang lain dengan mengucap syukur dan berdoa untuk mereka. Seperti suratnya kepada Timotius, “Pertama-tama aku menasihatkan : Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang “ ( I Timotius 2:1 )


Maukah kita belajar membiasakan diri untuk mengucap syukur ?

Ucapan Syukur harus menjadi kebiasaan yang harus terus menerus diucapkan setiap saat. Kita bisa berterima kasih pada Tuhan setiap saat untuk semua hal dan semua keadaan.

Memang aneh rasanya jika kita belum terbiasa melakukan ucapan syukur tanpa suatu alasan, tapi kita dapat belajar untuk mengucap syukur setiap saat, setiap waktu, dan di setiap keadaan baik untuk kita sendiri maupun orang lain.

Ucapan syukur seharusnya menjadi bagian dari kehidupan kita sebagai ciptaan Allah, bukan hanya pada saat – saat tertentu, tapi setiap saat, setiap waktu dari setiap keadaan. Seperti Daud yang mengajarkan kita untuk senantiasa mengucap syukur, “adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan .“ (Mazmur 92:2).

Saat ini kita dapat bertanya pada diri sendiri, apakah hari ini saya sudah mengucap syukur ?

Sunday, September 21, 2008

Lintas Peristiwa
Pembinaan Komisi Anak - Psikologi Anak

“Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6 : 7)


Setelah beberapa kali diwartakan, akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Pada hari Minggu, tanggal 14 September 2008 Komisi Anak GKI Kemang Pratama mengadakan acara Pembinaan Anak mengenai Psikologi Anak dengan Pembicara Ibu Kezia Sylvia Aritonang, S.Psi, MACM. Acara pembinaan ini dumulai pukul 12.00 bertempat di Ruang Kebaktian. Hampir semua GSM ditambah beberapa orang dari aktivis gereja yang hadir pada acara pembinaan tersebut. Acara terbagi dalam 2 session yaitu Session I tentang Mengenal Perkembangan & Karakter Anak Sekolah Minggu kemudian diselingi dengan coffee break lalu dilanjutkan dengan session II mengenai Menerapkan Disiplin Pada Anak Sekolah Minggu.

Acara pembinaan ini berlangsung dengan suasana yang serius tapi santai dikarenakan ditengah tengah acara diselingi dengan beberapa lagu yang dilakukan dengan gerakan. Pada session I dibahas mengenai bagaimana kita dapat membangun karakter seorang anak yang dilandaskan pada Firman Tuhan. Karena penting bagi kita untuk dapat mengarahkan karakter seorang anak menjadi karakter yang kuat dan mempunyai suara hati yang benar. Seorang anak sangat memerlukan karakter Ilahi yang kuat untuk dapat bertahan teguh di tengah perkembangan zaman yang semakin hancur moralitasnya. Tanpa karakter yang kuat , seseorang akan selalu berada pada posisi yang rawan untuk jatuh. Seorang anak dengan karakter yang lemah, akan berkata “ya” pada kawannya yang mengajaknya untuk berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan firman Tuhan contohnya mencoba merokok, bolos sekolah dan narkoba. Seorang anak tanpa karakter yang kuat, pendidikannya mungkin akan hancur, pekerjaan ataupun pernikahannya kelak mungkin juga akan hancur dan yang terpenting jiwanya tidak terselamatkan. Dalam session ini ditegaskan bahwa membangun karakter seorang anak diperlukan kerjasama dari semua pihak , yang diawali oleh orang tua di rumah dan diperteguh oleh guru di sekolah dan Guru Sekolah Minggu / Hamba Tuhan di Gereja.

Sedangkan pada session ke II menerangkan tentang bagaimana kita sebagai Guru Sekolah Minggu maupun orang tua di rumah dapat menerapkan disiplin pada seorang anak. Langkah pertama dalam menangani disiplin adalah dengan memahami mengapa seorang anak berperilaku tidak benar (misbehave) dan kita harus mencari tahu latar belakang mengapa seorang anak menjadi nakal , menggangu temannya ataupun berbuat sesuatu yang menggangu kegiatan belajar mengajar di kelas. Ada beberapa sebab mengapa anak-anak “misbehave” yaitu ingin mendapat pengakuan dari teman-teman satu kelompok, tidak adanya peraturan yang jelas di kelas, pengaturan ruangan/tempat duduk yang sesak, dan lain-lain. Karena pada intinya semua anak ingin diperhatikan, disayang dan dihargai.
Disiplin dapat diterapkan pada kelas sekolah minggu maupun dirumah dengan membuat peraturan dan tujuan yang jelas yang dilakukan secara konsisten.

Acara pembinaan ini menarik dan tidak membosankan dikarenakan pembicara banyak memberikan contoh-contoh nyata yang sudah pernah dicoba dilakukan oleh si pembicara sendiri kepada anak sekolah minggu di tempatnya maupun kepada anaknya sendiri. Acara pembinaan ini sangat banyak manfaatnya bagi GSM maupun orangtua yang ingin membangun karakter Ilahi dan menerapkan disiplin pada anaknya. Acara Pembinaan seperti seharusnya dapat diadakan kembali dengan mengundang seluruh jemaat GKI Kemang Pratama.

Kita sebagai Komisi Anak adalah jembatan antara seorang anak dengan Kristus yang didukung oleh orang tua, dan pentingnya diadakan ‘parenting class’ agar dapat diambil suatu keputusan bersama dari pihak Komisi Anak maupun dari pihak orang tua agar dapat tercapai satu visi dan misi yang jelas bagi Anak Sekolah Minggu.

Akhirnya acara ini selesai pada pukul 17.00 dengan sebelumnya diadakan tanya jawab, evaluasi antar Guru kelas dan ditutup dengan foto bersama.
“Ubahlah Aku, Tuhan”

Tuhan tidak akan mengubah siapapun yang berurusan dengan kita sebelum Dia lebih dahulu mengubah kita Tetapi jika kita mau berhenti mengeluh tentang semua orang di sekitar kita dan bekerja sama dengan Tuhan, sehingga cara pandang kita dan karakter kita yang diubahkan menjadi karakter yang lebih baik. Tuhan dapat memakai orang lain maupun keadaan-keadaan dalam kehidupan kita untuk menolong kita menjadi lebih baik. Ada seseorang yang tidak tahan dengan atasannya yang cerewet, dan dia berpikir kapan Tuhan akan mengubah orang tersebut. Tapi pernahkan kita berpikir bahwa Tuhan mungkin ingin mengubah kita? Tuhan mungkin secara sengaja menempatkan kita pada posisi tersebut agar kita dapat belajar menguasai diri kita dan mengasihi orang lain..Tuhan dapat memakai kemacetan lalu lintas untuk dapat merubah kita agar kita menjadi lebih sabar. Sebetulnya bukan orang lain yang berubah tapi sikap kita menghadapi orang lain tersebut yang berubah. Sayangnya tidak ada jalan pintas, tidak ada jalan mudah menuju kedewasaan jasmani, emosional maupun rohani. Kita harus belajar dalam proses kehidupan yang kita alami.

Kita sering berdoa, “ Tuhan, jika Engkau mau mengubah keadaan-keadaanku, maka aku akan merubah sikapku”. Tidak, proses perubahan bukan seperti itu. Kita harus mau mengubah sikap-sikap kita dalam menangani masalah-masalah dan sesuatu hal yang mengganggu kita; kemudian baru Tuhan yang akan mengubah keadaan-keadaan tersebut.

Seorang suami mengeluh, “ Tuhan mengapa engkau menempatkan aku bersama wanita ini? Ia tidak dapat melakukan apapun dengan benar. Ia bahkan tidak dapat memasak. Ia tidak dapat membereskan rumah, dll. Tuhan, kapankah engkau akan mengubahnya ? ”Atau bisa jadi seorang istri yang mengeluh, “Tuhan, kapan Engkau merubah sikap suamiku yang tidak sabaran, dan pemarah dan kapan anak-anakku berubah menjadi anak-anak yang mandiri ? ”.Istri/suami tersebut mungkin akan terus mempunyai kelemahan seperti itu sampai sang suami/ istri belajar melupakan kelemahan pasangannya, dan mulai menghargai kenyataan bahwa paling sedikit pasangannya sedang berusaha melakukan sesuatu untuk keluarganya.

Tuhan dengan sengaja menggunakan keadaan-keadaan seperti itu supaya kita dapat mengenali masalah kita sendiri dan belajar untuk menanganinya. Pernahkah kita mempertimbangkan bahwa Tuhan mungkin ingin mengubah kita ? Tuhan dengan sengaja merencanakan bagi kita untuk dekat dengan orang-orang yang sangat ‘mengganggu’ kita agar kita dapat belajar bagaimana mengasihi orang-orang lain disekitar kita yang ‘mengganggu’ dan tidak sesuai dengan keinginan kita.

Yang paling sering kita doakan adalah “ubahkan mereka, Tuhan“. Kita memutuskan apa yang sering membuat kita jengkel harus diubah, dan setelah itu semua akan beres. Tapi lama kelamaan kita mulai menyadari bahwa suami, istri, anak-anak kita maupun orang lain tidak akan pernah menjadi seperti yang kita harapkan. Dan juga kita perlu untuk memahami bahwa kita tidak dapat mengubahnya dengan cara apapun. Baru setelah kita mulai membawa kepada Tuhan segala persoalan, maka kita akan mulai melihat adanya perubahan. Tetapi perubahan itu tidak terjadi dengan cara yang kita harapkan. Mulai dari diri kita sendirilah Tuhan bekerja. Kitalahlah yang mulai berubah, dari cara pandang kita melihat persoalan, dari cara kita menangani masalah, dll yang sedikit demi sedikit akan mengalami perubahan. Hati kita harus dilembutkan, direndahkan, dihancurkan dan dibentuk kembali, sebelum Tuhan mulai bekerja pada orang yang ingin kita rubah. Kita harus belajar melihat segala sesuatu menurut cara Tuhan melihatnya – bukan menurut cara yang kita inginkan.

Ketika kita berdoa bagi suami/istri/anak-anak kita maupun orang disekitar kita, terutama bila kita berharap mengubahnya, kita tentu mengharapkan beberapa perubahan, tetapi perubahan-perubahan yang terjadi bukan pada mereka, tetapi pada kita. Alat yang paling efektif untuk mengubah mereka adalah perubahan yang terjadi dalam diri kita sendiri.

Kita tidak dapat mendoakan : “ Ubahkan mereka, Tuhan “ sebelum kita mengucapkan doa tiga kata ini ; “Ubahlah aku, Tuhan.”
-------------------------------------------------------------------------------------------------
HASRAT UNTUK BERUBAH

Terukir di sebuah makam
di Westminster Abbey, Inggris, 1100 M

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal
Aku bermimpi ingin merubah dunia
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku
Kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah

Maka cita-cita itu pun agak kupersempit
Lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku
Namun tampaknya
Hasrat itu pun tiada hasilnya

Ketika usiaku semakin senja
Dengan semangatku yang masih tersisa
Kuputuskan untuk mengubah keluargaku
Orang-orang yang paling dekat denganku…

Tetapi celakanya
Mereka pun tidak mau diubah !

Dan kini
Sementara aku berbaring saat ajal menjelang
Tiba-tiba kusadari ……

Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku
Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan
Mungkin aku bisa mengubah keluargaku

Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka
Bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku

Kemudian siapa tahu
Aku bahkan bisa mengubah dunia

Ah ….Penyesalan menjelang ajal tiada guna
Tapi penyesalanku ini
Bisa menjadi pelajaran berharga bagimu
Yang membaca
Dan menerapkannya dalam kehidupan
Ubahlah dirimu sendiri dulu teman ….
Dan dunia akan berubah …
sumber : internet
Berubahlah untuk maju

Segala tulisan yang diilhami Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik
(2 Timotius 3 : 16-17 )

Keluar dari Zona Nyaman

Berubahlah untuk maju ! Itulah slogan iklan susu di salah satu media elektronik. Kita cukup sering mendengar iklan itu ditayangkan namun kita tidak terlalu menggubrisnya. Padahal jika kita pikirkan dan artikan secara mendalam maka kehidupan kita haruslah seperti slogan iklan tersebut. Kita di dalam kehidupan ini dipercayakan Tuhan untuk menggali potensi diri yang ada di dalam diri kita. Tuhan sudah memberikan akal dan pikiran untuk kita gunakan didalam menjalani kehidupan ini. Oleh sebab itu kita dapat menggunakan hal tersebut untuk mengeluarkan kreativitas, ide maupun hal-hal yang dapat membuat kita dan orang lain berkembang. Kita harus berubah dan bergerak untuk maju, bukannya hanya puas dengan kehidupan kita yang sekarang sehingga kita menjadi orang yang diam ditempat saja. Rasa puas dan bersyukur dengan apa yang kita miliki itu sangat baik, tapi jangan disalah artikan bahwa kita sudah cukup puas pada keadaan kita sekarang dan lalu kita tidak melakukan sesuatu hal untuk membuat diri kita sendiri berkembang.
Begitu sering kita seperti seekor katak yang tinggal di sebuah danau yang kecil, yang tidak pernah melihat betapa luasnya laut. Kita telah terbiasa hidup dalam kehidupan kita yang sempit dengan cara pandang yang sempit pula. Kita telah terbiasa pada lingkungan kita yang nyaman, sehingga banyak orang telah merasa puas dengan apa yang telah dicapainya. Padahal jika kita dapat belajar untuk keluar dari lingkungan yang kita anggap nyaman, maka kita dapat melihat suatu keadaan dimana masih banyak kesempatan yang dapat kita raih dan masih banyak kemajuan yang masih dapat kita capai. Tuhan ingin agar kehidupan kita jauh lebih besar dan lebih baik daripada yang dapat kita bayangkan dan pikirkan. Kita harus berani untuk bermimpi lebih besar lagi tapi kita harus melakukan bagian kita dan keluar dari zona nyaman kita.

Jangan puas dengan perubahan kecil

Perubahan untuk maju dapat kita lakukan di dalam segi pekerjaan, usaha, jasmani maupun rohani. Banyak orang cukup puas dengan usaha yang telah dilakukannya seperti mengurangi kebiasan buruk ataupun belajar untuk meningkatkan kemampuan diri. Mulanya kita begitu bersemangat dan begitu berapi-api untuk memulainya. Tetapi setelah beberapa waktu kemudian, kita menjadi malas; lalu kita menjadi puas diri. Kita sudah merasa bahwa kita sudah melakukan usaha untuk melakukan perbaikan dan usaha itu menghasilkan sedikit perkembangan, lalu kita cukup puas pada hasilnya sehingga kita tidak melakukan usaha lagi untuk perbaikan.
Ada seseorang yang ingin merubah kebiasan buruknya dalam hal merokok. Dan dia berkata, “Saya sudah melakukan usaha untuk mengurangi kebiasaan merokok, dulu saya merokok dua bungkus sehari, dan sekarang hanya satu bungkus”. Dan ia cukup puas dengan usahanya sehingga kemudian tidak meneruskan usahanya kembali untuk mengurangi bahkan memberhentikan kebiasan buruknya itu. Dimana ia seharusnya bisa melakukan kemajuan lagi dengan usahanya untuk berhenti dari kebiasan buruknya .Banyak orang telah puas dengan apa yang sudah dicapainya, Kita merasa bahwa kita sudah maksimal didalam pekerjaan, karir, pendidikan, kreativitas maupun dalam hal kehidupan rohani. Padahal sebenarnya kita masih dapat melakukan usaha lain untuk mencapai perkembangan dan kemajuan yang lebih besar.
Kehidupan rohani kita pun demikian. Kita seringkali sudah merasa cukup dengan menghadiri kebaktian satu minggu sekali dan kita tidak pernah belajar lagi untuk mengembangkan kehidupan rohani dan iman kita. Padahal masih banyak yang masih dapat kita lakukan untuk memperkaya sisi kehidupan rohani kita. Kita dapat belajar dari buku-buku rohani yang dapat memotivasi kita untuk berkembang, belajar dari Pemahaman Alkitab, maupun dari persekutuan-persekutuan yang diadakan di Gereja maupun di rumah-rumah jemaat. Iman harus terus dibina dan dikembangkan. Kita tidak boleh puas dengan apa yang telah kita capai sekarang khususnya dalam kehidupan rohani. Jika kita tidak mengembangkan kehidupan rohani kita dan tidak membina iman kita, bisa jadi lama-kelamaan kita terseret oleh pengaruh lingkungan dan arus pergaulan yang dapat menyesatkan kehidupan kita. Kepekaan mendengar suara Tuhan hanya dapat kita punya jika kita belajar untuk menggali firmanNya, dalam hal ini belajar lebih dalam lagi tentang isi Alkitab.

Berkembanglah terus

Memang dibutuhkan usaha untuk bisa mencapai sasaran kita dalam kemajuan, dan usaha awal itu adalah permulaan yang baik. Tetapi jangan cepat merasa puas. Jangan puas dengan sedikit perkembangan. Untuk berkembang tidak akan pernah ada akhirnya. Kejarlah terus sasaran-sasaran yang lain. Kita diciptakan untuk sesuatu yang lebih baik. Segala sesuatu mungkin sulit, tidak ada yang mendukung kita untuk mencapai sasaran kita. Tapi ingatlah bahwa kita memiliki Tuhan yang akan menolong kita mewujudkan sasaran kita untuk berkembang kearah yang lebih baik. Tuhan adalah sumber dari semuanya dan sumber dari Tuhan tidak terbatas. Oleh sebab itu janganlah bosan untuk belajar, karena dengan belajar kita akan mendapatkan sesuatu pelajaran yang akan dapat membuat kita mengembangkan diri kita sendiri maupun orang lain. Sekarang marilah kita bertanya pada diri kita sendiri; Apakah kita puas dengan pengetahuan kita sekarang ? Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan? Apakah ada kerinduan dalam hati kita untuk semakin mempererat hubungan itu? Apakah kita puas dengan apa yang sekarang kita ketahui tentang Alkitab? Apakah kita mau mengembangkan pengetahuan kita kearah yang lebih baik ?

Mulai sekarang marilah kita bersama-sama belajar untuk maju dan berkembang. Jangan pernah berhenti belajar. Seperti Amsal Salomo yang berkata : “Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan” (Amsal 19:20)

- Sentuhan hati. Vol.5, No. 7 Mei 2005
- Joel Oesteen, Your best life now, Immanuel, 2007