Saturday, November 29, 2008

Apakah itu Ucapan Syukur ?

“Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita” (Efesus 5:20)


Kapan kita mengucap syukur ?

Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, berapa kalikah dalam sehari kita mengucap syukur pada Tuhan ? Jika tidak dalam sehari, barangkali dalam seminggu ? sebulan ? atau bahkan setahun ? Atau barangkali kita berpikir adakah sesuatu yang patut kita syukuri hari ini ?

Waktu cepat berlalu, tidak terasa kita telah sampai pada penghujung tahun. Adakah didalam hari-hari yang telah lewat yang membuat kita bersyukur kepada Tuhan? Hari-hari yang kita jalani memang adalah hari yang biasa, dan kita menghabiskannya dengan rutinitas pekerjaan yang setiap hari kita ulangi kembali. Setiap hari kita lewati dengan pekerjaan / kegiatan yang rutinitas dilakukan. Pernahkah kita berpikir bahwa hari ini akan kita jalani dengan sesuatu yang baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.


Apa yang patut kita syukuri ?

Jika kita berpikir dan mengingat-ingat kembali perbuatan Tuhan dalam kehidupan kita , baru kita dapat membuat sederet alasan untuk berterima kasih dan mengucap syukur padaNya. Seringkali kita berkata, “ aku mengucap syukur karena telah disembuhkan dari sakit, karena hari ini aku mendapat untung besar, karena hasil nilai ujian bagus, karena pekerjaan ku dipuji oleh atasanku , dan sebab-sebab yang lainnya yang menguntungkan diri sendiri ataupun adanya suatu keadaan yang tadinya tidak baik menjadi baik. Tapi pernahkan kita bersyukur tanpa adanya alasan untuk mengucap syukur. Kita tidak perlu mencari-cari alasan untuk mengucap syukur. Ucapan syukur bisa dilakukan secara spontan dan tidak perlu memikirkan apakah kita patut mengucap syukur atas perbuatan yang telah Tuhan lakukan pada kita. Kita mengucap syukur bukan saja karena sesuatu menjadi baik ataupun karena Tuhan telah menolong kita. Kita dapat mengucap syukur meskipun Tuhan tidak melakukan apa-apa untuk kita dan keadaan tidak menjadi baik. Kita mengucap syukur karena Allah layak untuk menerima ucapan syukur dari kita.

Seharusnya ucapan syukur dapat kita lakukan untuk hal-hal yang belum kita terima. Namun kadangkala kita baru mau mengucap syukur setelah kita mendapatkan sesuatu yang menjadi keinginan kita. Sebenarnya kita dapat berterima kasih pada Tuhan untuk sesuatu yang tidak atau belum kita dapatkan. Kita dapat berkata : “ Tuhan, terima kasih untuk hari esok yang belum saya jalani” , atau “Tuhan, terima kasih untuk pekerjaan yang akan saya terima” (meskipun kita belum mendapatkan pekerjaan tersebut). Seperti ada tertulis dalam Markus 11 : 24 “Karena itu Aku berkata kepadamu : apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”. Hal tersebut juga akan menjadikan kita belajar untuk mengucap syukur di setiap keadaan.

Pernahkah kita mengucap syukur untuk sesama kita? Sepertinya kita tidak pernah bersyukur atas kehidupan orang lain, yang kita pikirkan hanyalah diri kita sendiri dan biasanya kita mengucap syukur hanya untuk kepentingan kita sendiri. Kita lebih suka menerima daripada memberi sehingga ucapan syukur untuk orang lain pun tidak pernah kita ucapkan. Kita dapat belajar dari kehidupan Paulus yang selalu mengucapkan syukur dan doa pada setiap suratnya yang ditujukan kepada jemaat dan sahabat-sahabatnya yang dapat kita lihat dari pasal pertama dari setiap suratnya. Ini menunjukkan bahwa Paulus sangat memperhatikan orang lain dengan mengucap syukur dan berdoa untuk mereka. Seperti suratnya kepada Timotius, “Pertama-tama aku menasihatkan : Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang “ ( I Timotius 2:1 )


Maukah kita belajar membiasakan diri untuk mengucap syukur ?

Ucapan Syukur harus menjadi kebiasaan yang harus terus menerus diucapkan setiap saat. Kita bisa berterima kasih pada Tuhan setiap saat untuk semua hal dan semua keadaan.

Memang aneh rasanya jika kita belum terbiasa melakukan ucapan syukur tanpa suatu alasan, tapi kita dapat belajar untuk mengucap syukur setiap saat, setiap waktu, dan di setiap keadaan baik untuk kita sendiri maupun orang lain.

Ucapan syukur seharusnya menjadi bagian dari kehidupan kita sebagai ciptaan Allah, bukan hanya pada saat – saat tertentu, tapi setiap saat, setiap waktu dari setiap keadaan. Seperti Daud yang mengajarkan kita untuk senantiasa mengucap syukur, “adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan .“ (Mazmur 92:2).

Saat ini kita dapat bertanya pada diri sendiri, apakah hari ini saya sudah mengucap syukur ?

Sunday, September 21, 2008

Lintas Peristiwa
Pembinaan Komisi Anak - Psikologi Anak

“Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6 : 7)


Setelah beberapa kali diwartakan, akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Pada hari Minggu, tanggal 14 September 2008 Komisi Anak GKI Kemang Pratama mengadakan acara Pembinaan Anak mengenai Psikologi Anak dengan Pembicara Ibu Kezia Sylvia Aritonang, S.Psi, MACM. Acara pembinaan ini dumulai pukul 12.00 bertempat di Ruang Kebaktian. Hampir semua GSM ditambah beberapa orang dari aktivis gereja yang hadir pada acara pembinaan tersebut. Acara terbagi dalam 2 session yaitu Session I tentang Mengenal Perkembangan & Karakter Anak Sekolah Minggu kemudian diselingi dengan coffee break lalu dilanjutkan dengan session II mengenai Menerapkan Disiplin Pada Anak Sekolah Minggu.

Acara pembinaan ini berlangsung dengan suasana yang serius tapi santai dikarenakan ditengah tengah acara diselingi dengan beberapa lagu yang dilakukan dengan gerakan. Pada session I dibahas mengenai bagaimana kita dapat membangun karakter seorang anak yang dilandaskan pada Firman Tuhan. Karena penting bagi kita untuk dapat mengarahkan karakter seorang anak menjadi karakter yang kuat dan mempunyai suara hati yang benar. Seorang anak sangat memerlukan karakter Ilahi yang kuat untuk dapat bertahan teguh di tengah perkembangan zaman yang semakin hancur moralitasnya. Tanpa karakter yang kuat , seseorang akan selalu berada pada posisi yang rawan untuk jatuh. Seorang anak dengan karakter yang lemah, akan berkata “ya” pada kawannya yang mengajaknya untuk berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan firman Tuhan contohnya mencoba merokok, bolos sekolah dan narkoba. Seorang anak tanpa karakter yang kuat, pendidikannya mungkin akan hancur, pekerjaan ataupun pernikahannya kelak mungkin juga akan hancur dan yang terpenting jiwanya tidak terselamatkan. Dalam session ini ditegaskan bahwa membangun karakter seorang anak diperlukan kerjasama dari semua pihak , yang diawali oleh orang tua di rumah dan diperteguh oleh guru di sekolah dan Guru Sekolah Minggu / Hamba Tuhan di Gereja.

Sedangkan pada session ke II menerangkan tentang bagaimana kita sebagai Guru Sekolah Minggu maupun orang tua di rumah dapat menerapkan disiplin pada seorang anak. Langkah pertama dalam menangani disiplin adalah dengan memahami mengapa seorang anak berperilaku tidak benar (misbehave) dan kita harus mencari tahu latar belakang mengapa seorang anak menjadi nakal , menggangu temannya ataupun berbuat sesuatu yang menggangu kegiatan belajar mengajar di kelas. Ada beberapa sebab mengapa anak-anak “misbehave” yaitu ingin mendapat pengakuan dari teman-teman satu kelompok, tidak adanya peraturan yang jelas di kelas, pengaturan ruangan/tempat duduk yang sesak, dan lain-lain. Karena pada intinya semua anak ingin diperhatikan, disayang dan dihargai.
Disiplin dapat diterapkan pada kelas sekolah minggu maupun dirumah dengan membuat peraturan dan tujuan yang jelas yang dilakukan secara konsisten.

Acara pembinaan ini menarik dan tidak membosankan dikarenakan pembicara banyak memberikan contoh-contoh nyata yang sudah pernah dicoba dilakukan oleh si pembicara sendiri kepada anak sekolah minggu di tempatnya maupun kepada anaknya sendiri. Acara pembinaan ini sangat banyak manfaatnya bagi GSM maupun orangtua yang ingin membangun karakter Ilahi dan menerapkan disiplin pada anaknya. Acara Pembinaan seperti seharusnya dapat diadakan kembali dengan mengundang seluruh jemaat GKI Kemang Pratama.

Kita sebagai Komisi Anak adalah jembatan antara seorang anak dengan Kristus yang didukung oleh orang tua, dan pentingnya diadakan ‘parenting class’ agar dapat diambil suatu keputusan bersama dari pihak Komisi Anak maupun dari pihak orang tua agar dapat tercapai satu visi dan misi yang jelas bagi Anak Sekolah Minggu.

Akhirnya acara ini selesai pada pukul 17.00 dengan sebelumnya diadakan tanya jawab, evaluasi antar Guru kelas dan ditutup dengan foto bersama.
“Ubahlah Aku, Tuhan”

Tuhan tidak akan mengubah siapapun yang berurusan dengan kita sebelum Dia lebih dahulu mengubah kita Tetapi jika kita mau berhenti mengeluh tentang semua orang di sekitar kita dan bekerja sama dengan Tuhan, sehingga cara pandang kita dan karakter kita yang diubahkan menjadi karakter yang lebih baik. Tuhan dapat memakai orang lain maupun keadaan-keadaan dalam kehidupan kita untuk menolong kita menjadi lebih baik. Ada seseorang yang tidak tahan dengan atasannya yang cerewet, dan dia berpikir kapan Tuhan akan mengubah orang tersebut. Tapi pernahkan kita berpikir bahwa Tuhan mungkin ingin mengubah kita? Tuhan mungkin secara sengaja menempatkan kita pada posisi tersebut agar kita dapat belajar menguasai diri kita dan mengasihi orang lain..Tuhan dapat memakai kemacetan lalu lintas untuk dapat merubah kita agar kita menjadi lebih sabar. Sebetulnya bukan orang lain yang berubah tapi sikap kita menghadapi orang lain tersebut yang berubah. Sayangnya tidak ada jalan pintas, tidak ada jalan mudah menuju kedewasaan jasmani, emosional maupun rohani. Kita harus belajar dalam proses kehidupan yang kita alami.

Kita sering berdoa, “ Tuhan, jika Engkau mau mengubah keadaan-keadaanku, maka aku akan merubah sikapku”. Tidak, proses perubahan bukan seperti itu. Kita harus mau mengubah sikap-sikap kita dalam menangani masalah-masalah dan sesuatu hal yang mengganggu kita; kemudian baru Tuhan yang akan mengubah keadaan-keadaan tersebut.

Seorang suami mengeluh, “ Tuhan mengapa engkau menempatkan aku bersama wanita ini? Ia tidak dapat melakukan apapun dengan benar. Ia bahkan tidak dapat memasak. Ia tidak dapat membereskan rumah, dll. Tuhan, kapankah engkau akan mengubahnya ? ”Atau bisa jadi seorang istri yang mengeluh, “Tuhan, kapan Engkau merubah sikap suamiku yang tidak sabaran, dan pemarah dan kapan anak-anakku berubah menjadi anak-anak yang mandiri ? ”.Istri/suami tersebut mungkin akan terus mempunyai kelemahan seperti itu sampai sang suami/ istri belajar melupakan kelemahan pasangannya, dan mulai menghargai kenyataan bahwa paling sedikit pasangannya sedang berusaha melakukan sesuatu untuk keluarganya.

Tuhan dengan sengaja menggunakan keadaan-keadaan seperti itu supaya kita dapat mengenali masalah kita sendiri dan belajar untuk menanganinya. Pernahkah kita mempertimbangkan bahwa Tuhan mungkin ingin mengubah kita ? Tuhan dengan sengaja merencanakan bagi kita untuk dekat dengan orang-orang yang sangat ‘mengganggu’ kita agar kita dapat belajar bagaimana mengasihi orang-orang lain disekitar kita yang ‘mengganggu’ dan tidak sesuai dengan keinginan kita.

Yang paling sering kita doakan adalah “ubahkan mereka, Tuhan“. Kita memutuskan apa yang sering membuat kita jengkel harus diubah, dan setelah itu semua akan beres. Tapi lama kelamaan kita mulai menyadari bahwa suami, istri, anak-anak kita maupun orang lain tidak akan pernah menjadi seperti yang kita harapkan. Dan juga kita perlu untuk memahami bahwa kita tidak dapat mengubahnya dengan cara apapun. Baru setelah kita mulai membawa kepada Tuhan segala persoalan, maka kita akan mulai melihat adanya perubahan. Tetapi perubahan itu tidak terjadi dengan cara yang kita harapkan. Mulai dari diri kita sendirilah Tuhan bekerja. Kitalahlah yang mulai berubah, dari cara pandang kita melihat persoalan, dari cara kita menangani masalah, dll yang sedikit demi sedikit akan mengalami perubahan. Hati kita harus dilembutkan, direndahkan, dihancurkan dan dibentuk kembali, sebelum Tuhan mulai bekerja pada orang yang ingin kita rubah. Kita harus belajar melihat segala sesuatu menurut cara Tuhan melihatnya – bukan menurut cara yang kita inginkan.

Ketika kita berdoa bagi suami/istri/anak-anak kita maupun orang disekitar kita, terutama bila kita berharap mengubahnya, kita tentu mengharapkan beberapa perubahan, tetapi perubahan-perubahan yang terjadi bukan pada mereka, tetapi pada kita. Alat yang paling efektif untuk mengubah mereka adalah perubahan yang terjadi dalam diri kita sendiri.

Kita tidak dapat mendoakan : “ Ubahkan mereka, Tuhan “ sebelum kita mengucapkan doa tiga kata ini ; “Ubahlah aku, Tuhan.”
-------------------------------------------------------------------------------------------------
HASRAT UNTUK BERUBAH

Terukir di sebuah makam
di Westminster Abbey, Inggris, 1100 M

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal
Aku bermimpi ingin merubah dunia
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku
Kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah

Maka cita-cita itu pun agak kupersempit
Lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku
Namun tampaknya
Hasrat itu pun tiada hasilnya

Ketika usiaku semakin senja
Dengan semangatku yang masih tersisa
Kuputuskan untuk mengubah keluargaku
Orang-orang yang paling dekat denganku…

Tetapi celakanya
Mereka pun tidak mau diubah !

Dan kini
Sementara aku berbaring saat ajal menjelang
Tiba-tiba kusadari ……

Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku
Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan
Mungkin aku bisa mengubah keluargaku

Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka
Bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku

Kemudian siapa tahu
Aku bahkan bisa mengubah dunia

Ah ….Penyesalan menjelang ajal tiada guna
Tapi penyesalanku ini
Bisa menjadi pelajaran berharga bagimu
Yang membaca
Dan menerapkannya dalam kehidupan
Ubahlah dirimu sendiri dulu teman ….
Dan dunia akan berubah …
sumber : internet
Berubahlah untuk maju

Segala tulisan yang diilhami Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik
(2 Timotius 3 : 16-17 )

Keluar dari Zona Nyaman

Berubahlah untuk maju ! Itulah slogan iklan susu di salah satu media elektronik. Kita cukup sering mendengar iklan itu ditayangkan namun kita tidak terlalu menggubrisnya. Padahal jika kita pikirkan dan artikan secara mendalam maka kehidupan kita haruslah seperti slogan iklan tersebut. Kita di dalam kehidupan ini dipercayakan Tuhan untuk menggali potensi diri yang ada di dalam diri kita. Tuhan sudah memberikan akal dan pikiran untuk kita gunakan didalam menjalani kehidupan ini. Oleh sebab itu kita dapat menggunakan hal tersebut untuk mengeluarkan kreativitas, ide maupun hal-hal yang dapat membuat kita dan orang lain berkembang. Kita harus berubah dan bergerak untuk maju, bukannya hanya puas dengan kehidupan kita yang sekarang sehingga kita menjadi orang yang diam ditempat saja. Rasa puas dan bersyukur dengan apa yang kita miliki itu sangat baik, tapi jangan disalah artikan bahwa kita sudah cukup puas pada keadaan kita sekarang dan lalu kita tidak melakukan sesuatu hal untuk membuat diri kita sendiri berkembang.
Begitu sering kita seperti seekor katak yang tinggal di sebuah danau yang kecil, yang tidak pernah melihat betapa luasnya laut. Kita telah terbiasa hidup dalam kehidupan kita yang sempit dengan cara pandang yang sempit pula. Kita telah terbiasa pada lingkungan kita yang nyaman, sehingga banyak orang telah merasa puas dengan apa yang telah dicapainya. Padahal jika kita dapat belajar untuk keluar dari lingkungan yang kita anggap nyaman, maka kita dapat melihat suatu keadaan dimana masih banyak kesempatan yang dapat kita raih dan masih banyak kemajuan yang masih dapat kita capai. Tuhan ingin agar kehidupan kita jauh lebih besar dan lebih baik daripada yang dapat kita bayangkan dan pikirkan. Kita harus berani untuk bermimpi lebih besar lagi tapi kita harus melakukan bagian kita dan keluar dari zona nyaman kita.

Jangan puas dengan perubahan kecil

Perubahan untuk maju dapat kita lakukan di dalam segi pekerjaan, usaha, jasmani maupun rohani. Banyak orang cukup puas dengan usaha yang telah dilakukannya seperti mengurangi kebiasan buruk ataupun belajar untuk meningkatkan kemampuan diri. Mulanya kita begitu bersemangat dan begitu berapi-api untuk memulainya. Tetapi setelah beberapa waktu kemudian, kita menjadi malas; lalu kita menjadi puas diri. Kita sudah merasa bahwa kita sudah melakukan usaha untuk melakukan perbaikan dan usaha itu menghasilkan sedikit perkembangan, lalu kita cukup puas pada hasilnya sehingga kita tidak melakukan usaha lagi untuk perbaikan.
Ada seseorang yang ingin merubah kebiasan buruknya dalam hal merokok. Dan dia berkata, “Saya sudah melakukan usaha untuk mengurangi kebiasaan merokok, dulu saya merokok dua bungkus sehari, dan sekarang hanya satu bungkus”. Dan ia cukup puas dengan usahanya sehingga kemudian tidak meneruskan usahanya kembali untuk mengurangi bahkan memberhentikan kebiasan buruknya itu. Dimana ia seharusnya bisa melakukan kemajuan lagi dengan usahanya untuk berhenti dari kebiasan buruknya .Banyak orang telah puas dengan apa yang sudah dicapainya, Kita merasa bahwa kita sudah maksimal didalam pekerjaan, karir, pendidikan, kreativitas maupun dalam hal kehidupan rohani. Padahal sebenarnya kita masih dapat melakukan usaha lain untuk mencapai perkembangan dan kemajuan yang lebih besar.
Kehidupan rohani kita pun demikian. Kita seringkali sudah merasa cukup dengan menghadiri kebaktian satu minggu sekali dan kita tidak pernah belajar lagi untuk mengembangkan kehidupan rohani dan iman kita. Padahal masih banyak yang masih dapat kita lakukan untuk memperkaya sisi kehidupan rohani kita. Kita dapat belajar dari buku-buku rohani yang dapat memotivasi kita untuk berkembang, belajar dari Pemahaman Alkitab, maupun dari persekutuan-persekutuan yang diadakan di Gereja maupun di rumah-rumah jemaat. Iman harus terus dibina dan dikembangkan. Kita tidak boleh puas dengan apa yang telah kita capai sekarang khususnya dalam kehidupan rohani. Jika kita tidak mengembangkan kehidupan rohani kita dan tidak membina iman kita, bisa jadi lama-kelamaan kita terseret oleh pengaruh lingkungan dan arus pergaulan yang dapat menyesatkan kehidupan kita. Kepekaan mendengar suara Tuhan hanya dapat kita punya jika kita belajar untuk menggali firmanNya, dalam hal ini belajar lebih dalam lagi tentang isi Alkitab.

Berkembanglah terus

Memang dibutuhkan usaha untuk bisa mencapai sasaran kita dalam kemajuan, dan usaha awal itu adalah permulaan yang baik. Tetapi jangan cepat merasa puas. Jangan puas dengan sedikit perkembangan. Untuk berkembang tidak akan pernah ada akhirnya. Kejarlah terus sasaran-sasaran yang lain. Kita diciptakan untuk sesuatu yang lebih baik. Segala sesuatu mungkin sulit, tidak ada yang mendukung kita untuk mencapai sasaran kita. Tapi ingatlah bahwa kita memiliki Tuhan yang akan menolong kita mewujudkan sasaran kita untuk berkembang kearah yang lebih baik. Tuhan adalah sumber dari semuanya dan sumber dari Tuhan tidak terbatas. Oleh sebab itu janganlah bosan untuk belajar, karena dengan belajar kita akan mendapatkan sesuatu pelajaran yang akan dapat membuat kita mengembangkan diri kita sendiri maupun orang lain. Sekarang marilah kita bertanya pada diri kita sendiri; Apakah kita puas dengan pengetahuan kita sekarang ? Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan? Apakah ada kerinduan dalam hati kita untuk semakin mempererat hubungan itu? Apakah kita puas dengan apa yang sekarang kita ketahui tentang Alkitab? Apakah kita mau mengembangkan pengetahuan kita kearah yang lebih baik ?

Mulai sekarang marilah kita bersama-sama belajar untuk maju dan berkembang. Jangan pernah berhenti belajar. Seperti Amsal Salomo yang berkata : “Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan” (Amsal 19:20)

- Sentuhan hati. Vol.5, No. 7 Mei 2005
- Joel Oesteen, Your best life now, Immanuel, 2007

Thursday, July 24, 2008

Doaku Terjawab Sudah

Ketika kumohon pada Tuhan kekuatan,
Tuhan memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat

Ketika kumohon pada Tuhan kebijaksanaan,
Tuhan memberiku masalah untuk kupecahkan

Ketika kumohon pada Tuhan kesejahteraan,
Tuhan memberiku akal untuk berfikir

Ketika kumohon pada Tuhan keberanian,
Tuhan memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi

Ketika kumohon pada Tuhan sebuah cinta,
Tuhan memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong

Ketika kumohon pada Tuhan bantuan,
Tuhan memberiku kesempatan

Aku tak pernah menerima apa yang kupinta,
Tapi aku menerima segala yang kubutuhkan.


Thursday, June 26, 2008

Berhasil di dalam Tuhan
Yosua 1 : 1-9


Bagaimana kita dapat berhasil di dalam Tuhan ? Kita dapat belajar dari perjalanan hidup Yosua yang berhasil memasuki tanah perjanjian. Ada langkah- langkah yang harus kita lakukan supaya kita berhasil di dalam Tuhan yaitu :

Mendengarkan firman/ suara Tuhan (Yosua 1 : 1)

Agar kita berhasil di dalam Tuhan maka langkah yang pertama adalah kita harus setia mendengarkan firman., yang bisa didapat dari membaca firman Tuhan setiap hari maupun mendengarkan kotbah/renungan baik di gereja maupun di media lain (TV, radio, dll. ). Kita wajib membaca dan merenungkan Firman Tuhan setiap hari agar kita dapat mengerti kehendak Tuhan sehingga firman Tuhan dapat menguatkan pikiran dan hati kita didalam menjalani kehidupan. Jika kita terbiasa membaca Firman Tuhan maka kita juga akan terbiasa dalam mendengarkan suara Tuhan. Firman Tuhan dapat menjadi pedoman dalam mencari keberhasilan dan kebenaran didalam Tuhan. Dengan Firman Tuhan kita dapat mengetahui apakah tindakan dan perilaku kita sudah sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Hati nurani kita akan semakin terasah dan peka akan suara Tuhan dan kehendakNya bagi kita jika kita terbiasa membaca dan merenungkan firmanNya.

Berani menerima tantangan (Yosua 1 :2)

Dengan adanya firman Tuhan di dalam hati kita maka kita siap menerima dan menjalani tantangan yang harus kita hadapi agar kita semakin dewasa di dalam Tuhan. Seperti ada pepatah cina yang mengatakan “ Perjalanan 1000 meter dimulai dengan langkah pertama “ yang artinya agar kita semakin dewasa menurut Tuhan maka kita harus berani melangkah untuk dapat mengatasi tantangan yang ada. Seperti Yosua yang berani melangkahkan kaki di sungai Yordan, sehingga aliran sungai Yordan terhenti dan mereka dapat menyebranginya. Langkah pertama memang berat dilakukan, tapi jika kita mau bertumbuh dan berhasil di dalam Tuhan maka kita harus melakukan langkah pertama tersebut. Kitalah yang memulai langkah pertama selanjutnya Tuhan yang akan bertindak meneruskan langkah kita.

Memegang Janji Tuhan (Yosua 1:3 - 5)

Langkah yang ketiga adalah dengan memegang janji Tuhan. Kita dapat memegang janji Tuhan karena janjiNya adalah setia dan tetap. Tuhan akan menyertai kita dimanapan dan kapanpun. Tuhan yang menyertai Yosua, Daud, Abraham akan selalu menyertai kita juga. Firman Tuhan perlu kita renungkan dan lakukan, jika perlu kita hafalkan ayat-ayat yang berisi tentang janji Tuhan. Sehingga jika kita mengalami kebimbangan ataupun kekhawatiran, kita dapat diingatkan oleh janji Tuhan. Seperti Daud yang berani menghadapi tantangan Goliat, karena dia mengingat pertolongan Tuhan yang telah menyertai dia di padang dalam menghadapi serangan serigala dan beruang akan menolong dia juga dalam menghadapi kekuatan Goliat.

Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa Tuhan Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setiaNya terhadap orang yang kasih kepadaNya dan berpegang pada perintahNya, sampai kepada beribu-ribu keturunan. (Ulangan 7 : 9)

Kuat dan teguhkan hati (Yosua 1: 6- 9)

Tuhan menyuruh Yosua agar kuat dan meneguhkan hatinya dalam menghadapi tantangan. Kita tidak boleh bimbang dan ragu-ragu dalam melangkah dan mengambil tindakan karena kita yakin dan percaya bahwa Tuhan akan menolong kita dalam segala hal dan Tuhan akan menyertai kita dimanapun kita berada.

Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati. ( Ulangan 31 : 8)

Doa satu menit

Tuhan Yesus,
terkadang saat saya berada dalam ketakutan atau
tegang karena suatu hal/ masalah menghadang kehidupan saya,
saya menjadi panik, dan tidak tau apa yang harus saya perbuat.
Ada saatnya pula, saya berusaha berjuang sendiri dengan
kekuatan saya, dan menemui kegagalan.

Tuhan Yesus,
saya teringat akan firmanMu bahwa dalam tinggal tenang
dan percaya terletak kekuatanmu.
Ajar saya Tuhan, untuk dapat bersikap tenang saat ketakutan/
kekhawatiran melanda saya.
Dengan hati dan pikiran yang tenang, saya dapat berdoa dan
memohon campur tanganMu Tuhan, dalam menunjukkan jalan keluar
dan menyelesaikan setiap masalah - masalah di dalam kehidupan saya.
Bimbing saya untuk mengarahkan pandangan hanya kepadaMu saja,
duduk diam di hadapanMu dan memohon pencerahan dariMu.

Engkaulah Tuhan yang mengetahui apa yang ada di depan saya,
Engkaulah yang dapat membimbing saya dalam melangkah,
jalan mana yang aman dan tepat yang harus saya lalui
sesuai kehendakMu.

Seandainyapun Engkau ijinkan aku mengalami ini semua,
saat - saat sulit dan kelam, dan Engkau ingin aku belajar
dari ini semua untuk semakin dekat denganMu, semakin beriman
kepadaMu, aku akan menjalaninya dengan sepenuh hati,
dan bersandar kepadaMu.

Terima kasih Tuhan Yesus, karena Engkau
mengingatkan aku pada hari ini untuk bersikap tenang
dalam menghadapi masalah apapun yang terjadi dalam
kehidupanku ini.
Di dalam nama Tuhan Yesus,
aku panjatkan doa ini.
Amin

Monday, June 9, 2008

UJIAN IMAN

UJIAN IMAN


Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diriNya. (1 Petrus 1 : 7)



Pokok masalah


Dalam hidup ini banyak hal yang harus kita lewati. Kerikil-kerikil tajam dan juga bebatuan seringkali menghadang laju perjalanan hidup kita. Setiap orang mempunyai masalah, entah masalah kecil maupun besar. Dari masalah anak-anak yang nakal, masalah di dalam pekerjaan, masalah rumah tangga, penyakit dan banyak lagi masalah-masalah yang lain. Terlebih lagi pada akhir-akhir ini kenaikan bahan-bahan pokok yang tidak terbendung, dan juga adanya global warning yang menyebabkan cuaca tidak menentu, kita sering dikuatirkan akan hal-hal yang akan datang, yang menyebabkan permasalahan kita bertambah. Seringkali kita berpikir, mengapa kita terus menerus dihadapkan pada masalah ataupun hal-hal yang tidak kita ingini. Kita sering merasa putus asa dan kita bertanya : “mengapa saya diperhadapkan pada hal-hal yang tidak saya sukai ?“ dan mau tidak mau kita harus melaluinya. Saat ini kita hidup di dunia nyata, bukan dongeng dimana tidak pernah ada kesusahan, pencobaan dan semuanya berjalan dengan indah tanpa onak dan duri. Kita juga harus sadar bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan suatu kehidupan tanpa adanya ombak dan badai, tapi Dia berjanji untuk memberi kelepasan dan jalan keluar.

Menangani masalah


Banyak orang menanggapi kesukaran-kesukaran dan masalah dengan cara yang negative, daripada percaya bahwa Tuhan dapat mendatangkan kebaikan dari keadaan itu. Tuhan akan memakai kesukaran dan masalah yang kita hadapi untuk membawa kita ke suatu tingkat lebih tinggi jika kita mau melakukan bagian kita dan terus berdiri teguh. Ada saat saat dimana keadaan tidak segera berubah, tetapi kita dapat berkata : “Tuhan, aku tidak peduli apa yang datang melawanku, aku tidak peduli seberapa lama hal ini akan berlansung, ini tidak akan mengalahkanku, ini tidak akan menjatuhkanku. Aku tahu Engkau ada dipihakku.
Saat kita mempunyai sikap seperti itu, kesukaran tidak mempunyai kesempatan sedikit pun untuk menjatuhkan kita. Disamping itu biasanya bukan kesukaran yang menyebabkan masalah-masalah kita bertambah besar; melainkan cara kita menanggapi kesukaran-kesukaran tersebut. Kita bisa saja mempunyai masalah kecil dan masalah itu bisa saja mengalahkan kita. Di lain pihak kita telah menyaksikan orang-orang yang sedang menangani masalah yang sangat besar – penyakit yang tidak dapat disembuhkan, perceraian, kebangkrutan dan lain sebagainya, tetapi mereka bahagia dan merasakan damai sejahtera. Orang-orang seperti sedang hidup dalam sikap iman. Mereka sedang mempercayai segala sesuatu dapat berubah.
Jika Kita menghadapi kesukaran , kita perlu mengingatkan diri sendiri bahwa apa pun itu, adalah campur tangan Tuhan yang ingin agar kita bertambah maju di dalam iman dan Tuhan sedang memproses kita agar kita siap untuk menyambut rencanaNya. Dari cuplikan film facing the giant dikatakan bahwa sebelum Tuhan memindahkan kita dari ‘tempat’ kita sekarang , maka kita akan tetap berada ditempat itu. Maksudnya adalah jika Tuhan berkehendak dan itu memang rencanaNya kita diperhadapkan oleh masalah/kesukaran, kita akan tetap menjalani semua itu sampai Dia memindahkan kita dari masalah tersebut.

Rencana Indah


Tuhan memakai masa kesukaran ini untuk memurnikan kita, membentuk kita dan mempersiapkan kita untuk hal-hal baik yang akan datang. Ia sedang berusaha membentuk kita menjadi orang yang Ia inginkan. Tuhan ingin kita terus menerus bertumbuh, dan kadang-kadang Ia akan menggunakan kesukaran kecil atau ketegangan untuk mendorong kita maju. Ia akan mengijinkan tekanan mendorong kita, mengeluarkan kita dari zona kenyamanan. Ia mengetahui tepatnya seberapa besar yang dapat kita tanggung, dan dalam masa-masa tertekan kita, ingatlah Tuhan sedang memperbesar kita. Kita kan terkejut melihat apa yang kita dapat capai saat kita telah melewati semua itu. Permasalahan yang kita alami adalah media bagi kita untuk melatih dan memurnikan iman kita.


- Your Best Life Now ; Joel Osteen

- Air Hidup; April 2008

- Film Facing the giant
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Tuhan tidak menjanjikan langit yang selalu cerah,
Perjalanan penuh bunga, tiada hujan selain sinar surya,
Kesenangan tanpa dukacita, damai sejahtera tanpa derita….
Namun, Tuhan menjanjikan kekuatan bagi yang mencari-Nya,
Kelegaan bagi yang berjuang keras,
Cahaya terang di perjalanan hidup kita,
Pengampunan bagi manusia berdosa,
Pertolongan bagi yang membutuhkan,
Keberhasilan bagi yang mengalami kegagalan,
Cinta kasih yang tiada pernah padam

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Friday, April 4, 2008

JALAN YANG HARUS KUPILIH

Jalan Yang Harus Kupilih


Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku

(Mazmur 143 : 8)


Berbagai Pilihan

Pilihan ada di tangan kita masing-masing sebagai manusia. Sebagai manusia yang diciptakan dengan akal budi dan pikiran, maka setiap manusia dalam hidupnya harus dapat menentukan pilihan untuk mengambil suatu keputusan. Entah pilihan untuk kepentingan dirinya sendiri maupun untuk kepentingan orang lain.
Sadar maupun tidak sadar, setiap hari kita ditawarkan sejumlah pilihan yang harus kita pilih untuk melakukan sesuatu. Dari mulai membuka mata di pagi hari, kita sudah harus memilih : apakah kita akan segera bangun atau tidur sebentar lagi, apakah kita mau berdoa atau langsung membaca koran, apakah kita mau bersukacita atau mengeluh, dan lain-lain. Siang hingga malam hari pun kita terus menerus diajukan pilihan-pilihan yang harus kita pilih dan tentukan : apakah kita hari ini akan memasak sayur sop atau sayur asam, apakah kita akan menolong orang lain atau tidak, dan lain-lain.


Resiko Pilihan

Setiap pilihan yang kita ambil pasti mengandung resiko meskipun kadar dari resiko tersebut bisa ringan sampai berat. Suatu pagi, ada seseorang sewaktu perjalanan ke kantor dari arah Bekasi diharuskan memilih jalan tol mana yang harus dilalui : melewati jalan tol cakung ataukah jalan tol cawang. Pilihan akhirnya jatuh pada jalan tol cawang dengan harapan bahwa jalan yang akan dilalui akan lancar, akan tetapi ternyata pilihan yang diambil salah dan resikonya adalah terkena macet yang parah. Coba kalau dia memilih jalan yang lain barangkali jalan tersebut tidak terlalu macet. Tetapi biar bagaimanapun resiko yang dihadapi tetap harus dilalui dan kita tidak boleh menyesal telah mengambil keputusan tersebut.
Contoh diatas adalah sebuah pilihan yang tidak terlalu berat untuk diputuskan dan resiko yang didapat pun tidak terlalu bermasalah jika salah dalam mengambil keputusan. Ada beberapa pilihan yang sangat susah dan memerlukan waktu, pikiran bahkan tenaga untuk dapat memilih ‘jalan mana’ yang akan diambil. Keputusan untuk memilih teman hidup, pindah pekerjaan dan sekolah adalah beberapa dari pilihan yang dirasakan berat untuk dipilih dan resiko yang didapat pun besar akibatnya jika salah dalam memilih.


Menentukan Pilihan

Bagaimana kita dapat menentukan apakah pilihan yang kita ambil tersebut benar ataukah salah ? Salah satunya adalah dengan berdoa dan meminta petunjuk Tuhan apakah memang keputusan yang harus diambil adalah rencana dan kehendakNya. Kita harus sering berbicara dan mendengarkan suara Tuhan yang dirasakan didalam hati nurani. Kita harus sering mengasah kepekaan hati kita dengan sering berdoa dan membaca firmanNya. Jika keputusan yang diambil membuat kita tenang dan damai maka itulah suara Tuhan yang sedang berbicara kepada kita. Jawaban Tuhan seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan dan tidak kita pikirkan, tapi itulah kehendakNya. Tetapi seperti ada tertulis : “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia “ ( I Korintus 2:9 ) . Dia bisa berbicara lewat orang lain, lewat bacaan Firman Tuhan dll.
Tetapi setelah kita mengambil suatu keputusan dan ternyata keputusan yang kita ambil salah , kita tidak dapat termenung menyesali keputusan yang telah kita buat. Kita harus yakin dan percaya bahwa semua yang terjadi adalah campur tangan Tuhan dan memang semua yang terjadi adalah rencanaNya dan rancanganNya. Dalam setiap keputusan pasti harus dilalui oleh pergumulan dan konflik yang hebat. Oleh sebab itu, bila didalam pergumulan iman, kita mengalami keraguan dan ketakutan janganlah dengan gampang dikatakan bahwa kita lemah iman. Hanya orang yang serius dengan imannya, pernah merasa ragu. Dan hanya orang yang pernah merasa ragu , bisa serius dengan imannya. (Ketika takut mencengkram ; Eka Darmaputra)


Belajar dalam memilih

Marilah kita mulai sekarang belajar mengasah kepekaan dan memperkuat iman kita didalam Dia sehingga apapun yang terjadi kita percaya bahwa Tuhan lah yang mengatur segala sesuatu didalam perjalanan hidup kita. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8 : 28)

Tuesday, March 25, 2008

Facing Your Giant

Hadapilah ‘Raksasa-raksasa’ anda




Ketika Goliat bergerak maju untuk menyerang, Daud segera berlari untuk menyambutnya

(1 Samuel 17:48)


Kita pasti pernah membaca atapun mendengar cerita tentang pertarungan Daud melawan Goliat sang raksasa, yang akhirnya pertarungan itu dimenangkan oleh Daud. Secara pandangan manusia, kita barangkali melihat bahwa itu adalah hal yang mustahil dilakukan, bagaimana mungkin seorang yang kecil dan lemah bisa memenangkan pertarungan melawan seorang yang tubuhnya besar bagaikan raksasa seperti Goliat. Seperti cerita diatas, kita juga sebagai manusia mempunyai ‘goliat-goliat’ yang mau tidak mau, bisa tidak bisa, harus kita hadapi sepanjang hidup kita.Goliat yang harus kita hadapi tidak membawa pedang atau perisai , tapi Goliat kita mengacung-acungkan pisau pengangguran, pengasingan, kemalasan, penyakit, atau depresi.



Raksasa kita tidak seperti Goliatnya Daud yang tinggi besar yang berjalan naik turun di bukit Tarbatin, tapi raksasa kita melompat-lompat melalui kantor, tempat tidur, kelas dan dimanapun kita berada. Ia menghantui kita dengan tagihan yang tidak dapat kita bayar, kebiasaan buruk yang tidak dapat kita tinggalkan, kesalahan yang tidak dapat kita lupakan, masa lalu yang tidak dapat kita hapus dan masa depan yang tidak dapat kita hadapi. Goliat kita menguasai hari-hari dan menyusupi kegembiraan kita. Berapa lama ia telah memburu anda ?Namun sama seperti Daud, kita sebenarnya mampu menghadapi Goliat kita, sekalipun kita bukan orang yang paling kuat, paling cerdik, ataupun diperlengkapi dengan peralatan yang canggih. Allah yang pernah menolong Daud akan menolong kita juga.


Seperti dikatakan dalam 1 Samuel 17 : 48, Daud ketika berhadapan dengan Goliat segera berlari menyambutnya bukan ia menjadi takut ataupun mundur ketika melihat lawannya. Daud melihat apa yang tidak dilihat oleh orang lain dan menolak untuk melihat apa yang dilihat oleh orang lain. Semua orang, kecuali Daud tertuju kepada raksasa yang ganas dan memancarkan kebencian. Mereka semua yang menonton menaruh perhatian pada Goliat dan berfokus kepada raksasa tersebut. Tapi berbeda dengan Daud. Ia menaruh perhatian dan berfokus pada Allah. Ia melihat raksasa itu tentu saja; tetapi perhatiannya lebih tertuju kepada Allah. Coba kita dengar seruan peperangan Daud : “ Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel” dan Daud berlari melawan raksasanya.


Kapan kita melakukan hal yang sama ? Sejak kapan kita tidak berlari menghadapi tantangan? Kita cenderung mundur atau menyelinap pergi. Cobalah kita melakukan siasat yang berbeda. Seranglah raksasa kita dengan jiwa yang dipenuhi Allah. Raksasa perceraian, engkau tidak bisa memasuki rumahku! Raksasa depresi ? Mungkin aku harus berjuang seumur hidup, tetapi engkau tidak akan mengalahkanku. Raksasa alkohol, kemalasan, kesakitan, kegagalan, penyesalan, penolakan, perasaan tidak nyaman…. Enyahlah kau. Sejak kapan kita mengisi umban dan membidik raksasa kita?
Mau tidak mau kita harus menghadapi raksasa kita. Karena semakin kita tenggelam dalam masalah, dan kita tidak berlari menghadapinya maka semakin lama raksasa – raksasa kita akan semakin besar dan semakin kuat. Namun kita tidak perlu menghadapi raksasa kita sendiri. Pusatkanlah perhatian terutama terhadap Allah. Fokus kita harus kepada Allah bukan kepada raksasa yang harus kita hadapi.
Daud sama sekali tidak bertanya tentang beratnya lembing, ukuran perisai atau apapun tentang Goliat. Ia tidak menggerutu dan mengeluh serta berkata, “Tuhan, mengapa aku selalu mempunyai masalah-masalah besar ini?” Tidak, ia mengubah seluruh keadaannya melalui kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ia tidak tinggal dalam kenyataan bahwa Goliat tiga kali lebih besar ukurannya darinya. Ia juga tidak tinggal dalam kenyataan bahwa Goliat adalah pejuang yang ahli dan ia hanyalah seorang anak penggembala. Tidak, ia tidak memusatkan perhatian pada besarnya penghalang di depannya. Akan tetapi, ia lebih banyak memusatkan pikirannya kepada Allah. Bacalah kata-kata Daud, yang menggarisbawahi hubungannya dengan Tuhannya.


  • “ Barisan dari Allah yang hidup” (1 Samuel 17 : 26)

  • “ Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel” (1 Samuel 17: 45)

  • “ Tuhan akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku… supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah” (1 Samuel 17:46)

  • “ Tuhan menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Ia pun meyerahkan kamu ke dalam tangan kami” (1 Samuel 17: 47)
Saat Goliat melihat betapa muda dan kecilnya Daud, ia mulai tertawa dan mengejek, “Apakah aku anjing sehingga engkau datang kepadaku dengan sebatang tongkat?” Tetapi Daud memandangnya tepat di mata, dan dengan tekad besar, ia berkata, “Dengar, Goliat, engkau datang kepadaku dengan sebilah pedang dan sebuah perisai, tetapi aku datang melawanmu dalam nama Tuhan Israel.” Nah, itulah kata-kata iman! Itulah jenis kata-kata yang kita harus belajar ucapkan dalam keseharian kita, khususnya dalam masa-masa kita menghadapi Goliat kita. Kita harus dengan tegas berkata, “Tuhan selalu membuat aku menang.”
Pikiran kepada Allah melampau pikiran kepada Goliat.


Bagaimana dengan kita ? Apakah kita juga akan lebih berfokus pada Allah dibandingkan pada raksasa kita ? Apakah kita melihat kasih Karunia Allah lebih banyak dibandingkan masalah kita ? Apakah daftar berkat yang kita terima lebih panjang dibandingkan daftar keluhan kita? Apakah kuasa Allah lebih besar dibandingkan ketakutan dan kekhawatiran kita ? Apakah kekuatan Allah lebih besar dibandingkan tuntutan hidup sehari-hari ?

Ada bebarapa saran bagaimana kita dapat menghadapi Goliat kita (bisa langsung kita praktekan ) :

  • Yang pertama tentu saja kita terlebih dahulu harus fokus kepada Allah, bukan kepada masalah yang kita hadapi. “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.” (Mazmur 46:2)

  • Mulailah hari dengan mempercayai bahwa kita akan menang. Setiap bangun pagi kita harus katakan berulang kali bahwa kita pasti bisa menang melawan raksasa kita hari ini. Hal ini akan mendorong kita memiliki positive thinking dan kita mempunyai semangat dalam menghadapi Goliat kita. Sebab ada tertulis, Jadilah kepadamu menurut imanmu.

  • Ketika kita dihadapi oleh masalah, kita harus berpikir bahwa setiap masalah pasti mempunyai jalan keluar dan pasti setiap masalah akan berlalu dari hadapan kita.Ada resep yang manjur ketika kita dibayangi oleh masa depan, masa lalu dan masa sekarang/ saat ini, yaitu :
  1. Katakan belum tentu : untuk rasa kuatir / takut akan apa yang akan terjadi
  2. Katakan sudah berlalu : untuk masa lalu / trauma yang sudah terjadi
  3. Katakan pasti berlalu : untuk masalah yang dihadapi saat ini


  • Tanamkan juga dalam pikiran kita bahwa Allah yang memilih kita untuk menghadapi masalah tersebut, karena Dia mengetahui kita mampu menghadapinya. “Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (Kor 10 : 13). Dan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)

  • Ingat juga bahwa semua rencana dan rancangan Allah adalah baik “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29 : 11)

Memang tidak mudah untuk menjalani semua itu, karena kita tidak terbiasa melakukannya. Tapi jika kita mau dan berusaha menjalankan point-point di atas maka kita akan terbiasa melakukannya setiap hari sehingga pikiran dan tindakan kita akan mengalami perubahan di dalam menghadapi setiap masalah.

Nah, sekarang siapkah kita menghadapi Goliat kita masing-masing ? Harus dengan yakin kita katakan kita siap bersama Allah yang mendukung kita.


Fokus pada raksasa – Anda tersandung

Fokus pada Allah – raksasa Anda terjungkal


Dikutip dari :

- Facing Your Giant ; Max Lucado
- Your Best Life Now ; Joel Osteen