Sunday, September 21, 2008

Lintas Peristiwa
Pembinaan Komisi Anak - Psikologi Anak

“Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6 : 7)


Setelah beberapa kali diwartakan, akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Pada hari Minggu, tanggal 14 September 2008 Komisi Anak GKI Kemang Pratama mengadakan acara Pembinaan Anak mengenai Psikologi Anak dengan Pembicara Ibu Kezia Sylvia Aritonang, S.Psi, MACM. Acara pembinaan ini dumulai pukul 12.00 bertempat di Ruang Kebaktian. Hampir semua GSM ditambah beberapa orang dari aktivis gereja yang hadir pada acara pembinaan tersebut. Acara terbagi dalam 2 session yaitu Session I tentang Mengenal Perkembangan & Karakter Anak Sekolah Minggu kemudian diselingi dengan coffee break lalu dilanjutkan dengan session II mengenai Menerapkan Disiplin Pada Anak Sekolah Minggu.

Acara pembinaan ini berlangsung dengan suasana yang serius tapi santai dikarenakan ditengah tengah acara diselingi dengan beberapa lagu yang dilakukan dengan gerakan. Pada session I dibahas mengenai bagaimana kita dapat membangun karakter seorang anak yang dilandaskan pada Firman Tuhan. Karena penting bagi kita untuk dapat mengarahkan karakter seorang anak menjadi karakter yang kuat dan mempunyai suara hati yang benar. Seorang anak sangat memerlukan karakter Ilahi yang kuat untuk dapat bertahan teguh di tengah perkembangan zaman yang semakin hancur moralitasnya. Tanpa karakter yang kuat , seseorang akan selalu berada pada posisi yang rawan untuk jatuh. Seorang anak dengan karakter yang lemah, akan berkata “ya” pada kawannya yang mengajaknya untuk berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan firman Tuhan contohnya mencoba merokok, bolos sekolah dan narkoba. Seorang anak tanpa karakter yang kuat, pendidikannya mungkin akan hancur, pekerjaan ataupun pernikahannya kelak mungkin juga akan hancur dan yang terpenting jiwanya tidak terselamatkan. Dalam session ini ditegaskan bahwa membangun karakter seorang anak diperlukan kerjasama dari semua pihak , yang diawali oleh orang tua di rumah dan diperteguh oleh guru di sekolah dan Guru Sekolah Minggu / Hamba Tuhan di Gereja.

Sedangkan pada session ke II menerangkan tentang bagaimana kita sebagai Guru Sekolah Minggu maupun orang tua di rumah dapat menerapkan disiplin pada seorang anak. Langkah pertama dalam menangani disiplin adalah dengan memahami mengapa seorang anak berperilaku tidak benar (misbehave) dan kita harus mencari tahu latar belakang mengapa seorang anak menjadi nakal , menggangu temannya ataupun berbuat sesuatu yang menggangu kegiatan belajar mengajar di kelas. Ada beberapa sebab mengapa anak-anak “misbehave” yaitu ingin mendapat pengakuan dari teman-teman satu kelompok, tidak adanya peraturan yang jelas di kelas, pengaturan ruangan/tempat duduk yang sesak, dan lain-lain. Karena pada intinya semua anak ingin diperhatikan, disayang dan dihargai.
Disiplin dapat diterapkan pada kelas sekolah minggu maupun dirumah dengan membuat peraturan dan tujuan yang jelas yang dilakukan secara konsisten.

Acara pembinaan ini menarik dan tidak membosankan dikarenakan pembicara banyak memberikan contoh-contoh nyata yang sudah pernah dicoba dilakukan oleh si pembicara sendiri kepada anak sekolah minggu di tempatnya maupun kepada anaknya sendiri. Acara pembinaan ini sangat banyak manfaatnya bagi GSM maupun orangtua yang ingin membangun karakter Ilahi dan menerapkan disiplin pada anaknya. Acara Pembinaan seperti seharusnya dapat diadakan kembali dengan mengundang seluruh jemaat GKI Kemang Pratama.

Kita sebagai Komisi Anak adalah jembatan antara seorang anak dengan Kristus yang didukung oleh orang tua, dan pentingnya diadakan ‘parenting class’ agar dapat diambil suatu keputusan bersama dari pihak Komisi Anak maupun dari pihak orang tua agar dapat tercapai satu visi dan misi yang jelas bagi Anak Sekolah Minggu.

Akhirnya acara ini selesai pada pukul 17.00 dengan sebelumnya diadakan tanya jawab, evaluasi antar Guru kelas dan ditutup dengan foto bersama.
“Ubahlah Aku, Tuhan”

Tuhan tidak akan mengubah siapapun yang berurusan dengan kita sebelum Dia lebih dahulu mengubah kita Tetapi jika kita mau berhenti mengeluh tentang semua orang di sekitar kita dan bekerja sama dengan Tuhan, sehingga cara pandang kita dan karakter kita yang diubahkan menjadi karakter yang lebih baik. Tuhan dapat memakai orang lain maupun keadaan-keadaan dalam kehidupan kita untuk menolong kita menjadi lebih baik. Ada seseorang yang tidak tahan dengan atasannya yang cerewet, dan dia berpikir kapan Tuhan akan mengubah orang tersebut. Tapi pernahkan kita berpikir bahwa Tuhan mungkin ingin mengubah kita? Tuhan mungkin secara sengaja menempatkan kita pada posisi tersebut agar kita dapat belajar menguasai diri kita dan mengasihi orang lain..Tuhan dapat memakai kemacetan lalu lintas untuk dapat merubah kita agar kita menjadi lebih sabar. Sebetulnya bukan orang lain yang berubah tapi sikap kita menghadapi orang lain tersebut yang berubah. Sayangnya tidak ada jalan pintas, tidak ada jalan mudah menuju kedewasaan jasmani, emosional maupun rohani. Kita harus belajar dalam proses kehidupan yang kita alami.

Kita sering berdoa, “ Tuhan, jika Engkau mau mengubah keadaan-keadaanku, maka aku akan merubah sikapku”. Tidak, proses perubahan bukan seperti itu. Kita harus mau mengubah sikap-sikap kita dalam menangani masalah-masalah dan sesuatu hal yang mengganggu kita; kemudian baru Tuhan yang akan mengubah keadaan-keadaan tersebut.

Seorang suami mengeluh, “ Tuhan mengapa engkau menempatkan aku bersama wanita ini? Ia tidak dapat melakukan apapun dengan benar. Ia bahkan tidak dapat memasak. Ia tidak dapat membereskan rumah, dll. Tuhan, kapankah engkau akan mengubahnya ? ”Atau bisa jadi seorang istri yang mengeluh, “Tuhan, kapan Engkau merubah sikap suamiku yang tidak sabaran, dan pemarah dan kapan anak-anakku berubah menjadi anak-anak yang mandiri ? ”.Istri/suami tersebut mungkin akan terus mempunyai kelemahan seperti itu sampai sang suami/ istri belajar melupakan kelemahan pasangannya, dan mulai menghargai kenyataan bahwa paling sedikit pasangannya sedang berusaha melakukan sesuatu untuk keluarganya.

Tuhan dengan sengaja menggunakan keadaan-keadaan seperti itu supaya kita dapat mengenali masalah kita sendiri dan belajar untuk menanganinya. Pernahkah kita mempertimbangkan bahwa Tuhan mungkin ingin mengubah kita ? Tuhan dengan sengaja merencanakan bagi kita untuk dekat dengan orang-orang yang sangat ‘mengganggu’ kita agar kita dapat belajar bagaimana mengasihi orang-orang lain disekitar kita yang ‘mengganggu’ dan tidak sesuai dengan keinginan kita.

Yang paling sering kita doakan adalah “ubahkan mereka, Tuhan“. Kita memutuskan apa yang sering membuat kita jengkel harus diubah, dan setelah itu semua akan beres. Tapi lama kelamaan kita mulai menyadari bahwa suami, istri, anak-anak kita maupun orang lain tidak akan pernah menjadi seperti yang kita harapkan. Dan juga kita perlu untuk memahami bahwa kita tidak dapat mengubahnya dengan cara apapun. Baru setelah kita mulai membawa kepada Tuhan segala persoalan, maka kita akan mulai melihat adanya perubahan. Tetapi perubahan itu tidak terjadi dengan cara yang kita harapkan. Mulai dari diri kita sendirilah Tuhan bekerja. Kitalahlah yang mulai berubah, dari cara pandang kita melihat persoalan, dari cara kita menangani masalah, dll yang sedikit demi sedikit akan mengalami perubahan. Hati kita harus dilembutkan, direndahkan, dihancurkan dan dibentuk kembali, sebelum Tuhan mulai bekerja pada orang yang ingin kita rubah. Kita harus belajar melihat segala sesuatu menurut cara Tuhan melihatnya – bukan menurut cara yang kita inginkan.

Ketika kita berdoa bagi suami/istri/anak-anak kita maupun orang disekitar kita, terutama bila kita berharap mengubahnya, kita tentu mengharapkan beberapa perubahan, tetapi perubahan-perubahan yang terjadi bukan pada mereka, tetapi pada kita. Alat yang paling efektif untuk mengubah mereka adalah perubahan yang terjadi dalam diri kita sendiri.

Kita tidak dapat mendoakan : “ Ubahkan mereka, Tuhan “ sebelum kita mengucapkan doa tiga kata ini ; “Ubahlah aku, Tuhan.”
-------------------------------------------------------------------------------------------------
HASRAT UNTUK BERUBAH

Terukir di sebuah makam
di Westminster Abbey, Inggris, 1100 M

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal
Aku bermimpi ingin merubah dunia
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku
Kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah

Maka cita-cita itu pun agak kupersempit
Lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku
Namun tampaknya
Hasrat itu pun tiada hasilnya

Ketika usiaku semakin senja
Dengan semangatku yang masih tersisa
Kuputuskan untuk mengubah keluargaku
Orang-orang yang paling dekat denganku…

Tetapi celakanya
Mereka pun tidak mau diubah !

Dan kini
Sementara aku berbaring saat ajal menjelang
Tiba-tiba kusadari ……

Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku
Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan
Mungkin aku bisa mengubah keluargaku

Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka
Bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku

Kemudian siapa tahu
Aku bahkan bisa mengubah dunia

Ah ….Penyesalan menjelang ajal tiada guna
Tapi penyesalanku ini
Bisa menjadi pelajaran berharga bagimu
Yang membaca
Dan menerapkannya dalam kehidupan
Ubahlah dirimu sendiri dulu teman ….
Dan dunia akan berubah …
sumber : internet
Berubahlah untuk maju

Segala tulisan yang diilhami Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik
(2 Timotius 3 : 16-17 )

Keluar dari Zona Nyaman

Berubahlah untuk maju ! Itulah slogan iklan susu di salah satu media elektronik. Kita cukup sering mendengar iklan itu ditayangkan namun kita tidak terlalu menggubrisnya. Padahal jika kita pikirkan dan artikan secara mendalam maka kehidupan kita haruslah seperti slogan iklan tersebut. Kita di dalam kehidupan ini dipercayakan Tuhan untuk menggali potensi diri yang ada di dalam diri kita. Tuhan sudah memberikan akal dan pikiran untuk kita gunakan didalam menjalani kehidupan ini. Oleh sebab itu kita dapat menggunakan hal tersebut untuk mengeluarkan kreativitas, ide maupun hal-hal yang dapat membuat kita dan orang lain berkembang. Kita harus berubah dan bergerak untuk maju, bukannya hanya puas dengan kehidupan kita yang sekarang sehingga kita menjadi orang yang diam ditempat saja. Rasa puas dan bersyukur dengan apa yang kita miliki itu sangat baik, tapi jangan disalah artikan bahwa kita sudah cukup puas pada keadaan kita sekarang dan lalu kita tidak melakukan sesuatu hal untuk membuat diri kita sendiri berkembang.
Begitu sering kita seperti seekor katak yang tinggal di sebuah danau yang kecil, yang tidak pernah melihat betapa luasnya laut. Kita telah terbiasa hidup dalam kehidupan kita yang sempit dengan cara pandang yang sempit pula. Kita telah terbiasa pada lingkungan kita yang nyaman, sehingga banyak orang telah merasa puas dengan apa yang telah dicapainya. Padahal jika kita dapat belajar untuk keluar dari lingkungan yang kita anggap nyaman, maka kita dapat melihat suatu keadaan dimana masih banyak kesempatan yang dapat kita raih dan masih banyak kemajuan yang masih dapat kita capai. Tuhan ingin agar kehidupan kita jauh lebih besar dan lebih baik daripada yang dapat kita bayangkan dan pikirkan. Kita harus berani untuk bermimpi lebih besar lagi tapi kita harus melakukan bagian kita dan keluar dari zona nyaman kita.

Jangan puas dengan perubahan kecil

Perubahan untuk maju dapat kita lakukan di dalam segi pekerjaan, usaha, jasmani maupun rohani. Banyak orang cukup puas dengan usaha yang telah dilakukannya seperti mengurangi kebiasan buruk ataupun belajar untuk meningkatkan kemampuan diri. Mulanya kita begitu bersemangat dan begitu berapi-api untuk memulainya. Tetapi setelah beberapa waktu kemudian, kita menjadi malas; lalu kita menjadi puas diri. Kita sudah merasa bahwa kita sudah melakukan usaha untuk melakukan perbaikan dan usaha itu menghasilkan sedikit perkembangan, lalu kita cukup puas pada hasilnya sehingga kita tidak melakukan usaha lagi untuk perbaikan.
Ada seseorang yang ingin merubah kebiasan buruknya dalam hal merokok. Dan dia berkata, “Saya sudah melakukan usaha untuk mengurangi kebiasaan merokok, dulu saya merokok dua bungkus sehari, dan sekarang hanya satu bungkus”. Dan ia cukup puas dengan usahanya sehingga kemudian tidak meneruskan usahanya kembali untuk mengurangi bahkan memberhentikan kebiasan buruknya itu. Dimana ia seharusnya bisa melakukan kemajuan lagi dengan usahanya untuk berhenti dari kebiasan buruknya .Banyak orang telah puas dengan apa yang sudah dicapainya, Kita merasa bahwa kita sudah maksimal didalam pekerjaan, karir, pendidikan, kreativitas maupun dalam hal kehidupan rohani. Padahal sebenarnya kita masih dapat melakukan usaha lain untuk mencapai perkembangan dan kemajuan yang lebih besar.
Kehidupan rohani kita pun demikian. Kita seringkali sudah merasa cukup dengan menghadiri kebaktian satu minggu sekali dan kita tidak pernah belajar lagi untuk mengembangkan kehidupan rohani dan iman kita. Padahal masih banyak yang masih dapat kita lakukan untuk memperkaya sisi kehidupan rohani kita. Kita dapat belajar dari buku-buku rohani yang dapat memotivasi kita untuk berkembang, belajar dari Pemahaman Alkitab, maupun dari persekutuan-persekutuan yang diadakan di Gereja maupun di rumah-rumah jemaat. Iman harus terus dibina dan dikembangkan. Kita tidak boleh puas dengan apa yang telah kita capai sekarang khususnya dalam kehidupan rohani. Jika kita tidak mengembangkan kehidupan rohani kita dan tidak membina iman kita, bisa jadi lama-kelamaan kita terseret oleh pengaruh lingkungan dan arus pergaulan yang dapat menyesatkan kehidupan kita. Kepekaan mendengar suara Tuhan hanya dapat kita punya jika kita belajar untuk menggali firmanNya, dalam hal ini belajar lebih dalam lagi tentang isi Alkitab.

Berkembanglah terus

Memang dibutuhkan usaha untuk bisa mencapai sasaran kita dalam kemajuan, dan usaha awal itu adalah permulaan yang baik. Tetapi jangan cepat merasa puas. Jangan puas dengan sedikit perkembangan. Untuk berkembang tidak akan pernah ada akhirnya. Kejarlah terus sasaran-sasaran yang lain. Kita diciptakan untuk sesuatu yang lebih baik. Segala sesuatu mungkin sulit, tidak ada yang mendukung kita untuk mencapai sasaran kita. Tapi ingatlah bahwa kita memiliki Tuhan yang akan menolong kita mewujudkan sasaran kita untuk berkembang kearah yang lebih baik. Tuhan adalah sumber dari semuanya dan sumber dari Tuhan tidak terbatas. Oleh sebab itu janganlah bosan untuk belajar, karena dengan belajar kita akan mendapatkan sesuatu pelajaran yang akan dapat membuat kita mengembangkan diri kita sendiri maupun orang lain. Sekarang marilah kita bertanya pada diri kita sendiri; Apakah kita puas dengan pengetahuan kita sekarang ? Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan? Apakah ada kerinduan dalam hati kita untuk semakin mempererat hubungan itu? Apakah kita puas dengan apa yang sekarang kita ketahui tentang Alkitab? Apakah kita mau mengembangkan pengetahuan kita kearah yang lebih baik ?

Mulai sekarang marilah kita bersama-sama belajar untuk maju dan berkembang. Jangan pernah berhenti belajar. Seperti Amsal Salomo yang berkata : “Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan” (Amsal 19:20)

- Sentuhan hati. Vol.5, No. 7 Mei 2005
- Joel Oesteen, Your best life now, Immanuel, 2007